Dokter sebut batuk tidak sembuh-sembuh ada indikasi gerd
Dokter ahli penyakit dalam Universitas Indonesia, Prof. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD menyebut batuk yang tidak sembuh-sembuh meski sudah diterapi menggunakan obat batuk ada kemungkinan tengah menderita gerd atau naiknya asam lambung.
“Gejala yang umum adalah rasa panas terbakar di dada hingga adanya rasa pahit di mulut. Gejala lainnya adalah batuk yang tidak sembuh-sembuh,” kata Ari dalam diskusi yang diselenggarakan perusahaan farmasi Daewoong di Jakarta, Kamis malam.
Ari menjelaskan banyak pasiennya yang datang dengan keluhan batuk-batuk setelah diperiksa paru-parunya bersih. Namun setelah diperiksa lebih lanjut ternyata disebabkan asam lambung yang naik hingga ke tenggorokan yang membuat pasien batuk-batuk.
Dia membenarkan saat ini terjadi kecenderungan meningkatnya penyakit akibat asam lambung. Hal ini disebabkan berubahnya pola makan dan perubahan gaya hidup di masyarakat.
“Kalau dulu steik hanya ditemukan di restoran mahal saja. Namun sekarang ini sudah bisa dijumpai di kaki lima dengan harga terjangkau. Salah satu penyebab gerd adalah terlalu banyak mengonsumsi lemak yang salah satunya dari daging merah (sapi dan kambing),” ucap dia.
Sebagai contoh di Amerika Serikat gejala naiknya asam lambung sangat tinggi 50 persen laki-laki per bulan dan hampir 20 persen per minggu. Salah satu penyebab tingginya konsumsi daging merah di negara ini.
Sedangkan di Indonesia berdasarkan data prevalensi tahun 2017 masih berada di kisaran 5-9,9 persen. Meskipun belum tinggi tetapi sudah menjadi pengingat agar masyarakat mulai memperhatikan gaya hidup sehat terutama terkait dengan pola makan.
dr. Ari menyebut risiko munculnya gerd disebabkan karena obesitas, tidur terlentang, merokok, minuman beralkohol, kopi, dan stres.
Sedangkan dari makanan selain daging merah juga dipengaruhi makanan-makanan yang mengandung banyak garam, sedangkan makanan yang baik dikonsumsi untuk menurunkan gerd adalah ikan terutama ikan air tawar.
Dalam berbagai kasus, gerd dapat mengganggu aktivitas saat kambuh karena penderita menjadi serba terbatas tidak nafsu makan, sulit tidur, sulit bekerja, tidak bisa berolahraga, bahkan bisa mengganggu hubungan suami istri.
Penanganan gerd dokter biasanya akan menggunakan obat golongan pompa proton inhibitor (PPI) yang bekerja untuk mengurangi asam lambung atau dikenal dengan golongan prazole. Namun terkadang tidak efektif karena pasien tidak patuh untuk minum obat.
Berikutnya pasien diminta mengubah gaya hidup seperti berhenti merokok, menurunkan berat badan, diet rendah lemak, menghindari makanan yang mengandung coklat dan keju, kopi, dan minuman bersoda.
“Pasien kami ada yang kampuh setelah mengonsumsi daging merah minumnya kopi,” ucap dia.
dr. Ari juga mengungkapkan saat ini tengah melakukan riset dengan Daewoong terkait produk PPI baru yang tidak terikat waktu.
Lazimnya obat asam lambung dikonsumsi sebelum makan di jam tertentu, tetapi terkadang pasien terlupa. Dengan PPI yang tengah diriset tersebut dapat dikonsumsi tidak terikat waktu.
Riset, menurut dr. Ari dibutuhkan karena terkait adanya perbedaan fisik orang di suatu negara dengan negara lain.
Sedangkan Chief Medical Officer Daewoong Pharmaceutical Indonesia dr. Stella Melisa mengapresiasi riset bersama yang diselenggarakan untuk memerangi penyakit gerd di Indonesia.
Dia menjelaskan Potassium Competitive Acid Blocker (P-CAB) merupakan obat golongan baru yang dikembangkan sebagai inovasi obat asam lambung yang bekerja dengan mekanisme yang berbeda dengan obat yang dikenal selama ini.
“Berbagai penelitian menunjukkan P-CAB bisa bekerja lebih cepat dan tahan lama,” ucap dia.